Alkaff Mansion Singapura |
Perjalanan dimulai dengan naik
bis, karena agak jauh (untuk ukuran Singapura) dan mau ngejar pesawat sore,
kami berangkat lebih pagi, turun dari bis sempat nyasar karena bingung dengan
penunjuk arah yang diberikan google map –google sih ngga salah, kita aja yang
oon, hehe-.
Kawasan ini cukup menjanjikan
buat orang yang suka kegiatan luar ruang, hal pertama yang disajikan adalah Merang
Trail, dengan panjang 800 meter, dan tanjakan sampai setinggi 70 meter. Kami
mulai ngos-ngosan tapi cukup senang karena bisa melakukan sesuatu yang beda.
Jalur selanjutnya adalah Faber Trail sepanjang 1 km, di puncaknya kita bisa
melihat pemandangan Singapura bagian selatan. Jalur trail yang kami lalui ini
merupakan jalur aspal, kesenangan agak menurun karena ngga ada bedanya dengan
jalan-jalan di tengah kota, yang membedakan hanya pemandangan sekitar, yang
satu hutan beton, yang satu lagi hutan beneran, walaupun kecil.
Henderson waves |
Selesai di jalur Faber Trail,
kami memasuki Henderson Waves yang sangat terkenal dengan desain arsitekturnya,
saya harus akui ini emang keren, futuristis, fungsional, dan ”fotogenik”
sebagai area foto bersama maupun foto narsis, harus saya akui, dari semua
rangkaian trail ini, Henderson Waves inilah yang paling berkesan, selain desain
arsitekturnya, lokasi ini juga menawarkan view Singapura yang menawan.
Kemudian kami sempat mampir
pula ke salah satu tempat bersejarah di lokasi ini, contohnya Alkaff Mansion, sebuah
bungalouw bergaya kolonial abad 19. Rumah besar ini dibangun oleh keluarga Arab
yang berasal dari Yaman yang berdagang gula, kopi, dan rempah2 antara Indonesia
dan India. Saya pribadi suka arsitekturnya, melambangkan kemegahan pada
jamannya, sebagai simbol kemewahan dan status sosial, ditambah area tamannya
yang luas. Saat melihat bangunan ini dan menuliskannya kembali, lagi-lagi saya
bermimpi untuk memiliki rumah model seperti ini suatu saat kelak...amin.
Sekarang rumah ini digunakan sebagai tempat kegiatan usaha restoran, in case
kepo J.
Alkaff Mansion Singapura |
Perjalanan selanjutnya
melewati yang disebut Forest Walk sepanjang 1,3 km, kami literally berjalan di
atas hutan, karena jalur trail ini memang merupakan jalur pejalan kaki yang
dibuat melayang tinggi di atas hutan, semuanya memang jadi agak artifisial,
tapi mending lah daripada ngga ada.
Kayak gini nih penampakannya:
Forest walk Singapura |
Pemandangan yang cukup
menarik, semaju apapun manusia dan peradabannya, tetap tidak bisa dipisahkan
dengan alam, dan ini, adalah salah satu sarana untu menyeimbangkan pembangunan
dan kemajuan Singapura dengan kebutuhan alamiah manusia untuk sejenak (atau
selalu) bersatu dengan alamnya.
Perjalanan selanjutnya agak
membosankan, karena sudah dekat dengan ujung-ujung taman yang bertetangga
dengan jalan raya dan hiruk pikuknya, di akhir taman2 ini terdapat halte bis
yang membawa kami balik ke hotel.
Setelah membersihkan badan dan
check out, masih ada satu PR lagi yang harus kami kerjakan, eng ing eng...beli
oleh-oleh, Indonesia sekali yah, tapi mau gimana lagi, membawa buah tangan
adalah budaya kita walaupun sudah mulai banyak ditinggalkan dengan alasan
efisiensi. Saya sendiri bukan penganut paham bawa atau minta oleh2, tapi kalau
masih sempat dan budget memungkinkan, saya kadang2 cari juga. Kalau dihitung
dengan waktu check in pesawat, kami masih punya waktu dua jam untuk beli oleh2,
ngga banyak sih, Cuma coklat dan popcorn mereka yang terkenal itu, lumayan lah
dan semoga bikin orang yang merasakannya kelak happy.
previous article
Posting Lebih Baru
Tidak ada komentar
Posting Komentar