Bandara Udara Mozes Kilangin International Airport Timka Papua |
Bandara Udara Mozes Kilangin di Timika pagi itu
nampak syahdu. Langit tampak membiru dengan sapuan awan awan putih seperti
kapas yang beriring. Matahari bersinar cukup terik. Empat lapis baju yang saya
gunakan dari Tembagapura basah oleh keringat. Cuaca di Tembagapura dengan
Timika memang cukup ekstrim. Jika di Tembagapura hujan menjadi hal yang biasa
dan kadang jadi tidak biasa (karena hujan terus menerus), Timika berkebalikan.
Cuaca panas sangat membuat gerah dan tidak nyaman.
Usai turun dari bus yang membawa kami dari
Tembagapura ke Timika, saya dan rombongan lain langsung ke ruang kedatangan
bandara Moses Kilangin di Timika untuk menjemput tas. Tak berselang
lama, tas saya yang ngejrengterlihat melambai lambai memanggil dari atas
conveyor belt. Segera saya keluar dengan menenteng tas. Saat hendak akan check
in, petugas memberitahu saya bahwa pesawat yang akan saya tumpangi ke Makassar
belum buka untuk check ini sehingga saya belum dibolehkan untuk masuk.
Tak kehabisan
akal, saya kemudian lalu lalang di sekitar Bandara.
Icon Bandara Udara Mozes Kilangin Timika Papua |
Bandara Mozes Kilangin Timika sendiri merupakan
salah satu bandara yang ada di Papua. Bandara ini mungkin kurang terkenal di
kalangan para Traveller karena kebanyakan hanya mengenal Bandara Sentani di
Jayapura atau Bandara Domoniq Edward Osok yang berada di Sorong.
Meskipun Bandara ini tidak terlalu besar namun
jangan salah lho. Bandara ini merupakan bandara Internasional. Yup, Bandara ini
melayani penerbangan dari Cairns ke Timika dan sebaliknya. Namun jangan
berkhayal bahwa pesawat yang terbang ke negeri tetangga ini merupakan pesawat
komersil. No, pesawat yang melayani jalur internasional ini merupakan
pesawat perusahaan PT Freeport Indonesia. Status “Internasional” ini didapatkan Bandara Udara Mozes Kilangin pada
tanggal 18 Juli 2008. Salah atu syarat yakni panjang dan lebar landasan memang
memungkinkan bagi bandara ini untuk jadi bandara internasional.
Replia Alat Berat Di Dekat Bandara Mozes Kilangin Airport |
Berbicara mengenai bandara Mozes Kilangin di
Timika ini maka kita tidak bisa menafikkan bahwa PT Freeport Indonesia memiliki
peran khusus dan peran penting dalam dibukanya bandara ini. Jika tak ada
perusahaan tambang Emas dan Tembaga ini maka kemungkinan besar Bandara ini tak
mungkin ada.
Bandara ini ada karena banyaknya karyawan Freeport
yang lalu lalang dari dan keluar Timika. Karyawan perusahaan tambang ini memang
hampir setiap hari ada saja yang cuti sehingga terciptalah bandara ini. Saat
ini bandara Mozes Kilangin hanya digunakan oleh maskapai Airfast Indonesia
untuk mengangkut tamu, karyawan dan keluarga para pegawai PT Freeport
Indonesia. Jadi jika kamu ingin Travelling dan keliling ke Timika, kamu bisa
menggunakan maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air untuk bisa sampai.
Nama Mozes Kilangin sendiri diambil dari nama
seorang pahlawan pendidikan asal Papua yakni Mozes Kilangin. Bapak Mozes ini
merupakan seorang guru pertama di suku Amungme. Daratan Timika memang dihuni
oleh tujuh suku yakni Amungme, Kamoro, Moni dan beberapa suku lain. Meskipun
berasal dari Maluku namun kiprah dari bapak Mozes yang mengenyam pendidikan di
Belanda dan ikut memajukan tanah Papua sangat begitu dihargai. Sebagai bentuk
penghargaan inilah namanya di jadikan sebagai salah nama Bandara udara di kota
Timika. Wajah sang Guru bangsa bagi tanah Papua ini sendiri bisa dilihat di
jalan masuk menuju bandara Mozes Kilangin. Sebuah patung megah berdiri disana.
Antrian Penumpang di Bandara Mozes Kilangin Timika Papua |
Bandara Mozes Kilangin sendiri tidak terlalu besar
dari segi gedung. Tak ada perkiraan pas namun melihat dari gedungnya, saya
memprediksi hanya sekitar 100-200 meter saja. Saat memasuki Bandara, anda akan
melewati sebuah bundaran yang diatasnya ada sebuah replica alat berat yang
digunakan oleh PT Freeport Indonesia.
Oh ya kalau masuk di Area bandara jangan terkejut
kalau banyak sekali pesan tentang Malaria dan HIV AIDS karena memang daerah ini
merupakan daerah endemic Malaria dan tempat penularan HIV AIDS yang cukup
tinggi. Pesan di spanduk ini bertujuan untuk memberikan pelajaran bagi
masyarakat local dan pendatang mengenai bahayanya dari penyakit penyakit ini.
Memasuki area bandara anda akan melihat sebuah Ban
besar berdiri. Ban ini merupakan sebuah ban bekas kendaraan berat yang kemudian
di tengahnya di taruh semacam penanda yakni ucapan terima kasih PT Freeport
Indonesia kepada Negara Negara yang sudah berpartisipasi dalam perencanaan
tambang Tembaga perusahaan ini. Tempatnya berada di tepat ditengah bandara di
samping pintu keberangkatan. Tempat ini biasanya penuh untuk spot foto foto.
Para penumpang sedang antri memasuki Air Fast Indonesia |
Selebihnya, tak ada yang menarik dari bandara ini.
Saat masuk untuk Check-in, bandara ini dipenuhi dengan karyawan PT Freeport
Indonesia yang akan berangkat cuti. Saat saya masuk, Ada dua line antrian yakni
pesawat yang akan ke Denpasar-Jogjakarta-Halim serta pesawat Airfast Indonesia
dengan rute Makassar-Surabaya-Soekarno Hatta. Antrian penumpang pesawat Garuda
Indonesia yang akan menuju ke Jayapura siang itu tidak terlalu banyak.
Semakin siang, wajah wajah kelelahan dari
penumpang yang antri cukup membuat saya semakin lelah. Seiring lelahnya saya
dengan sikap para penumpang yang suka menyerobot antrian dan tidak tertib. Plus
jiwa saya semakin panas ketika tahu bahwa pesawat yang akan membawa kami ke
Makassar mengalami delay.
Ya Allah, berikanlah hamba kekuatan.
Lets Traveling, Lets Keliling ….. # Dengan Nada Sendu
previous article
Posting Lebih Baru
Tidak ada komentar
Posting Komentar