Follow Me

Rabu, 04 Mei 2016

Ngaso Di Bandara Mozes Kilangin Timika Papua

Bandara Udara Mozes Kilangin International Airport Timka Papua
Bandara Udara Mozes Kilangin International Airport Timka Papua
Bandara Udara Mozes Kilangin di Timika pagi itu nampak syahdu. Langit tampak membiru dengan sapuan awan awan putih seperti kapas yang beriring. Matahari bersinar cukup terik. Empat lapis baju yang saya gunakan dari Tembagapura basah oleh keringat. Cuaca di Tembagapura dengan Timika memang cukup ekstrim. Jika di Tembagapura hujan menjadi hal yang biasa dan kadang jadi tidak biasa (karena hujan terus menerus), Timika berkebalikan. Cuaca panas sangat membuat gerah dan tidak nyaman.
Usai turun dari bus yang membawa kami dari Tembagapura ke Timika, saya dan rombongan lain langsung ke ruang kedatangan bandara Moses Kilangin di Timika untuk menjemput tas. Tak berselang lama, tas saya yang ngejrengterlihat melambai lambai memanggil dari atas conveyor belt. Segera saya keluar dengan menenteng tas. Saat hendak akan check in, petugas memberitahu saya bahwa pesawat yang akan saya tumpangi ke Makassar belum buka untuk check ini sehingga saya belum dibolehkan untuk masuk.
Tak kehabisan akal, saya kemudian lalu lalang di sekitar Bandara.
Icon Bandara Udara Mozes Kilangin Timika Papua
Bandara Mozes Kilangin Timika sendiri merupakan salah satu bandara yang ada di Papua. Bandara ini mungkin kurang terkenal di kalangan para Traveller karena kebanyakan hanya mengenal Bandara Sentani di Jayapura atau Bandara Domoniq Edward Osok yang berada di Sorong.
Meskipun Bandara ini tidak terlalu besar namun jangan salah lho. Bandara ini merupakan bandara Internasional. Yup, Bandara ini melayani penerbangan dari Cairns ke Timika dan sebaliknya. Namun jangan berkhayal bahwa pesawat yang terbang ke negeri tetangga ini merupakan pesawat komersil. No, pesawat yang melayani jalur internasional ini merupakan pesawat perusahaan PT Freeport Indonesia. Status “Internasional” ini didapatkan Bandara Udara Mozes Kilangin pada tanggal 18 Juli 2008. Salah atu syarat yakni panjang dan lebar landasan memang memungkinkan bagi bandara ini untuk jadi bandara internasional.
Replia Alat Berat Di Dekat Bandara Mozes Kilangin Airport
Berbicara mengenai bandara Mozes Kilangin di Timika ini maka kita tidak bisa menafikkan bahwa PT Freeport Indonesia memiliki peran khusus dan peran penting dalam dibukanya bandara ini. Jika tak ada perusahaan tambang Emas dan Tembaga ini maka kemungkinan besar Bandara ini tak mungkin ada.
Bandara ini ada karena banyaknya karyawan Freeport yang lalu lalang dari dan keluar Timika. Karyawan perusahaan tambang ini memang hampir setiap hari ada saja yang cuti sehingga terciptalah bandara ini. Saat ini bandara Mozes Kilangin hanya digunakan oleh maskapai Airfast Indonesia untuk mengangkut tamu, karyawan dan keluarga para pegawai PT Freeport Indonesia. Jadi jika kamu ingin Travelling dan keliling ke Timika, kamu bisa menggunakan maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air untuk bisa sampai.
Nama Mozes Kilangin sendiri diambil dari nama seorang pahlawan pendidikan asal Papua yakni Mozes Kilangin. Bapak Mozes ini merupakan seorang guru pertama di suku Amungme. Daratan Timika memang dihuni oleh tujuh suku yakni Amungme, Kamoro, Moni dan beberapa suku lain. Meskipun berasal dari Maluku namun kiprah dari bapak Mozes yang mengenyam pendidikan di Belanda dan ikut memajukan tanah Papua sangat begitu dihargai. Sebagai bentuk penghargaan inilah namanya di jadikan sebagai salah nama Bandara udara di kota Timika. Wajah sang Guru bangsa bagi tanah Papua ini sendiri bisa dilihat di jalan masuk menuju bandara Mozes Kilangin. Sebuah patung megah berdiri disana.
Antrian Penumpang di Bandara Mozes Kilangin Timika Papua
Bandara Mozes Kilangin sendiri tidak terlalu besar dari segi gedung. Tak ada perkiraan pas namun melihat dari gedungnya, saya memprediksi hanya sekitar 100-200 meter saja. Saat memasuki Bandara, anda akan melewati sebuah bundaran yang diatasnya ada sebuah replica alat berat yang digunakan oleh PT Freeport Indonesia.
Oh ya kalau masuk di Area bandara jangan terkejut kalau banyak sekali pesan tentang Malaria dan HIV AIDS karena memang daerah ini merupakan daerah endemic Malaria dan tempat penularan HIV AIDS yang cukup tinggi. Pesan di spanduk ini bertujuan untuk memberikan pelajaran bagi masyarakat local dan pendatang mengenai bahayanya dari penyakit penyakit ini.
Memasuki area bandara anda akan melihat sebuah Ban besar berdiri. Ban ini merupakan sebuah ban bekas kendaraan berat yang kemudian di tengahnya di taruh semacam penanda yakni ucapan terima kasih PT Freeport Indonesia kepada Negara Negara yang sudah berpartisipasi dalam perencanaan tambang Tembaga perusahaan ini. Tempatnya berada di tepat ditengah bandara di samping pintu keberangkatan. Tempat ini biasanya penuh untuk spot foto foto.
Para penumpang sedang antri memasuki Air Fast Indonesia
Selebihnya, tak ada yang menarik dari bandara ini. Saat masuk untuk Check-in, bandara ini dipenuhi dengan karyawan PT Freeport Indonesia yang akan berangkat cuti. Saat saya masuk, Ada dua line antrian yakni pesawat yang akan ke Denpasar-Jogjakarta-Halim serta pesawat Airfast Indonesia dengan rute Makassar-Surabaya-Soekarno Hatta. Antrian penumpang pesawat Garuda Indonesia yang akan menuju ke Jayapura siang itu tidak terlalu banyak.
Semakin siang, wajah wajah kelelahan dari penumpang yang antri cukup membuat saya semakin lelah. Seiring lelahnya saya dengan sikap para penumpang yang suka menyerobot antrian dan tidak tertib. Plus jiwa saya semakin panas ketika tahu bahwa pesawat yang akan membawa kami ke Makassar mengalami delay.
Ya Allah, berikanlah hamba kekuatan.

Lets Traveling, Lets Keliling ….. # Dengan Nada Sendu

previous article
Posting Lebih Baru
next article
Posting Lama



Posting Komentar

Nama

Email *

Pesan *