Wings Air di bandara Adi Sutjipto |
Saya pribadi tidak terlalu sering terbang dengan
maskapai ini. Tercatat dalam lima tahun terakhir baru dua kali saja saya naik
maskapai yang merupakan salah satu adik dan menjadi satu group dengan Lion Air. Wings Air sendiri merupakan merek dagang
Lion Air lain selain Batik Air dan Malindo. Karena tidak terlalu akrab dengan
maskapai ini, ya saya akan cerita saja bagaimana pengalaman terbang dengan
maskapai ini sebagai referensi buat teman-teman.
Perjalanan saya
dengan maskapai penerbangan Wings Air setahu saya selama ini hanya terjadi
sebanyak dua kali dalam lima tahun terakhir. Kali pertama saya naik maskapai ini adalah pada tanggal 22 September 2011.
Saat itu, saya dan tiga teman lainnya akan berangkat ke Surabaya. Sebenarnya
tiket yang kami dapatkan tertera menggunakan pesawat Lion Air. Jadilah
ekpektasi kami akan menggunakan pesawat dengan badan besar bukan dengan pesawat
kecil dan ada baling-balingnya.
Ternyata apa yang kami harapkan tak sesuai
kenyataan. Ternyata oh ternyata kami harus berangkat dengan pesawat Wings Air
yang merupakan adik dari Lion Air. Saya sih saat itu belum terlalu tahu
maskapai ini. Yang jelas yang saya tahu, maskapai ini menggunakan jenis pesawat
ATR. pesawat ini merupakan pesawat untuk penumpang regional jarak pendek
bermesin twin-turboprop. Pesawat ini dibuat oleh perusahaan pesawat
Perancis-Italia ATR dengan 78 penumpang dan dua awak.
Tiket sementara maskapai Lion Air yang entah kenapa jadinya Wings Air |
Setelah diumumkan untuk segera bersiap siap karena
sudah waktunya terbang. Saya dan tiga teman kemudian keluar dari bandara Adi
Sutjipto menuju landasan terbang. Alangkah terkejutnya saya karena pesawat yang
saya akan naiki hanya merupakan pesawat kecil.
Sempat juga muncul kerisauan dalam diri ”Ni
Pesawat kuat gak ngangkut penumpang?. Nanti kena angin gimana guncangannya?.”
dan sederet pertanyaan lainnya.
Saat mendekati pesawat, saya dan teman kemudian
foto bersama dulu dengan latar belakang badan pesawat. Baru mau ambil satu
foto, Pramugari dengan pakaian merah dan stocking hitam berteriak dari atas
pesawat.
“Mas,cepetan, tinggal kalian berempat yang
ditunggu,” Teriak sang Pramugari.
Kami pun bergegas naik. Saat kami naik, dua
pramugari ini melihat kami dengan muka senewen. Satu diantaranya sedang duduk
sambil kipas-kipas karena memang cuaca hari itu panas sekali karena pesawat
kami berangkat pukul 15:00.
Di atas pesawat pun saat mau berangkat, dua
pramugari ini tidak menunjukkan tampang yang bagus selama penerbangan. Satu
pramugari memandu penumpang memperagakan cara penggunaan safety selama di
pesawat. Pramugari lainnya bertugas membaca pesan keselamatan.
Terbang dengan
Wings Air mesti agak siap siap sengsara. Seperti saudara tuanya yakni Lion Air, pesawat ini tak menyediakan makanan dan
minuman. Jadi kalau terbang ya ada baiknya bawa makanan atau minuman sendiri.
Kecenderungan penumpang cepat lapar di udara adalah sangat tinggi, maka penting
untuk mengetahui apakah pesawat yang ditumpangi menyediakan makanan atau tidak.
Setelah lampu sabuk pengamanan dipadamkan. Saya
tertidur pulas sampai di bandara Juanda Surabaya. Makanya saya kurang
mengetahui bagaimana penerbangan dengan Wings.
Penerbangan kedua saya dengan Wings Air biasa saja
namun lebih baik dari yang pertama. Penerbangan ini terjadi tujuh hari setelah
idul fitri tahun 2014. Pada penerbangan ini Pramugari yang melayani kami lebih
baik dan lebih ramah. Namun memang saat terbang kedua bersama Wings Air ini
cuaca lagi tidak bersahabat sehingga memang sangat menegangkan selama 40 menit
di udara laut Sulawesi.
Penumpang di sebelah saya yakni seorang petinggi
Bank Mandiri hanya bisa berkomat kamit sepanjang jalan.
“Ini penerbangan pertama saya naik ATR mas, ngeri
juga ya.”
“Situ aja ngeri
pak, gimana saya yang dekat jendela,” Ucapku dalam hati.
Kamu yang pernah terbang dengan Wings Air, punya cerita gak?. kalau ada, share yuk di komen dibawah!!
previous article
Posting Lebih Baru
Rasanya kayak naik Giant swing di trans studio
BalasHapus