Suasana ruang tunggu check-in Chopper di Tembagapura |
Perjalananan traveling kali ini bermula saat alarm
pagi hari berderit derit di atas meja. Pukul 04:00 pagi hari. Yup,
sepagi buta itu,saya sudah harus terbangun. Setelah membereskan beberapa hal
seperti mengecek dokumen, tiket, baju dan celana yang barangkali belum masuk ke
koper, saya kemudian langsung mandi pagi.
Brrrr, dingin
sekali.
Seperti biasa,
pantang bagi saya untuk melakukan perjalanan kemanapun jika belum mandi dan
menuntaskan tetek bengek jam biologis manusia (you know lah itu apa). Sehabis mandi, tak lupa sholat
shubuh juga saya selesaikan. Saya tahu ini akan jadi hari yang berat, menantang
sekaligus melelahkan. Pasalnya setelah mengecek kondisi cuaca di luar jendela,
kok ya nampaknya kabut begitu tebal. Kalau sudah begini harus siap siap pasang badan melakukan perjalanan yang
panjang.
Benar saja, usai membereskan segala sesuatunya,
merapikan tempat tidur dan berdoa sebelum berangkat, saya kemudian keluar dari
rumah. Cuaca masih agak tenang namun kabut di jam 5 di Tembagapura sedikit
lebih pekat. Saya berdoa semoga Allah bisa menyapu kabut kabut ini dan langit
kembali cerah dan bersih...Aamiiin.
Kartu penanda terbang dengan Chopper |
Cukup lima menit berjalan ke tempat check in
chopper atau bus yang akan membawa kami ke Timika. Saya cukup bersyukur
karena sehari sebelumnya saya mendapatkan notifikasi bahwa keberangkatan saya
ke Timika akan menggunakan Helikopter atau Chopper dengan nomer M4 dan hari ini
naik satu strip menjadi M3.
Maksud
dari M3 ini adalah nomer urutan penerbangan saya. Tidak ada kepastian tertentu
bagaimana pemberian nomer M1, M2, M3 dan
seterusnya. Meskipun saya sudah memesan tiket chopper ini tiga minggu
sebelumnya namun tetap saja tidak menjadi prioritas. Ini berarti hukum
mengantri disini masih kurang berlaku. Hehehehe.
Suasana ruang tunggu Chopper di Community Hall Tembagapura |
Usai melapor saya sempatkan untuk makan pagi
sebentar dan kembali ke rumah karena melupakan sesuatu. Benar saja ketika saya
kembali ke tempat berkumpul untuk ke Timika. Hanya M1 saja yang mendapatkan
kesempatan untuk berangkat. Selebihnya, semua penumpang akan diangkut dengan
menggunakan Bus.
Okey, saya
menghela nafas panjang. Nasib Gue...!!!
Tak ada
pengecualian. Kata orang orang di Tembagapura "Naik Chopper sebuah keajaiban
sedangkan naik bus adalah sebuah kepastian". Dan hari ini saya merasakan bahwa
kepastian itu adalah dengan naik bus. Tak ada pengecualian. Bahkan beberapa
artis yang pernah manggung di Tembagapura juga sempat merasakan pahitnya harus
duduk di dalam kendaraan besar ini selama nyaris 2.5 jam. Sebut saja penulis
buku Pipiet Senja, Project Pop, The Massive, Slank, Dewi Sandra dsb pasti
pernah merasakan naik kendaraan berwarna orange cerah ini.
Chopper atau
Helikopter di Tembagapura saat ini memang sudah tak seperti dulu. Ibarat lagu
itu seperti “Kau Bukan Yang Dulu” oleh Dewi Yull. Dulu Chopper ini bisa terbang
sampai sekitar jam 10-an apapun kondisi cuacanya. Namun semenjak kecelakaan
Chopper yang menabrak gunung dekat area Zalgkam tahun 2012 dan kecelakaan
Chopper yang jatuh dekat helipad sekitar tahun 2012-2013, aturan semakin dibuat
ketat. Kabut dikit, gak terbang; Kabut banyak, gak terbang.
Bus Anti Peluru jurusan Tembagapura -Timika |
Alhasil pagi
ini disibukkan dengan mencari tempat duduk yang enak dan nyaman. Kursi
menentukan prestasi. Bus yang kami naiki bukan bus yang biasa. Bus ini dari
luar tampak biasa saja. Namun ketika sudah masuk kedalam barulah kita merasakan
seperti ada di dalam container. Di sisi kiri, kanan, muka dan belakang bus ini
ditutupi dengan armour anti peluru. Alhasil, para penumpang bus ini tak bisa
memandang keluar sama sekali. Tinggi tembok peluru ini cukup tinggi. Hanya
menyisakan sedikit ruang untuk jendela kecil di bagian atas.
Inilah mengapa
setelah melakoni perjalanan dari Tembagapura ke Timika, rasa capek akan benar
benar sangat terasa. Ini mungkin disebabkan kurangnya pasokan oksigen yang
masuk kedalam bus, ditambah lagi kita berada di ketinggian hampir kurang lebih di atas 3000
kaki di permukaan laut. Belum lagi sandaran kursi di bus yang tingginya
melebihi kepala. Ini membuat kita tidak bisa tidur dengan nyenyak. Plus sudut
kemiringan kursi hanya sekitar 5 derajat saja dan tidak bisa di legakan.
Jadilah perjalanan ini sangat melelahkan.
Tak salah jika
kadang kita menderita “Temporary Deaf” atau suatu keadaan dimana kita tuli
sementara sehabis melakoni perjalanan dari Tembagapura ke Timika. Cara efektif
untuk menghilangkan ini adalah dengan menjepit dua lobang hidung dan kemudian
meniup menggunakan mulut. Insya Allah setelah ini bisa kembali pulih.
Bus Anti Peluru Tembagapura -Timika saat berhenti di Perjalanan |
Perjalanan ke
Timika sendiri memakan waktu hampir sekitar 2.5 sampai dengan 3 jam. Jarak
sebenarnya tidak terlalu jauh. Tembagapura berada di Mile 68 sedangkan Timika
berada di kisaran Mile 28. Ini berarti ada sekitar 40 Mile jarak antara dua
tempat ini. Jika menggunakan chopper bisa ditempuh dalam kurun waktu 15-20
menit. Namun dengan bus butuh 2.5 jam. Lamanya perjalanan ini harus diterima
dengan lapang dada karena memang bus hanya akan berlari dengan kecepatan yang
dibolehkan.
Bus memang tidak bisa melaju kencang. Hal ini karena jalanan yang tidak
memungkinkan untuk dilalui. Jangan bayangkan jalanan Tembagapura-Timika seperti
jalanan di Kuningan atau di Jakarta yang mulus tanpa cela dan lubang (gak juga sih ya). Jalanan
yang mesti dilalui bus ini merupakan jalan yang rawan karena tidak di aspal, di
kanan kiri jurang dan masih banyak kendala lainnya.
Selama perjalanan, Bus ini akan berhenti sebanyak
dua kali yakni di area Rainbow Ridge dan juga di tengah perjalananan (Entah di
Mile berapa). Di Rainbow Ridge, bus berhenti untuk menunggu konvoy
kendaraan yang juga akan berangkat ke Timika. Sedangkan di tengah perjalanan
bus akan berhenti untuk memberikan kesempatan kepada penumpang (terutama cowok)
untuk buang air kecil. Inilah
alasan mengapa ketika melakukan perjalanan ini saya mesti harus membuang semua hajat
hajat sebelum berangkat. Ingat, bus tidak akan menunggu anda, saat klakson
berbunyi, ini tanda bahwa ia akan segera berangkat.
Para penumpang sedang menngambil koper di conveyor belt Bandara Mozes Kilangin Timika |
Perjalanan
tanpa pemandangan itu terus berjalan. Baru sekitar pukul 09:30 akhirnya kami
memasuki kawasan Bandara Udara Moses Kilangin di Timika.
Ah, badan terasa sangat capek seperti hendak
patah. Namun capek ini harus segera pulih karena perjalanan traveliling dan
keliling berikutnya sudah menunggu. Perjuangan belum berakhir brur...
Oh ya, setiba di bandara, cobalah untuk mencoba
pisang goreng di area kantin keberangkatan. Insya Allah nikmat banget
tuh….
Lets Travelling, Lets Keliling.
previous article
Posting Lebih Baru
Kok kayaknya capek banget naik bis anti peluru gitu? Padahal pemandangan dari Tembagapura ke Timika itu yang dulu paling kusukaaa. Sambil ngehirup udara dinginnya. Berarti sekarang gak ada ya yang ke Timika pake mobil biasa? Terus, chopper itu choppernya turun di deket shopping center apa kita diangkut ke helipad? Lol.
BalasHapusHhhh. Kok, aku jadi sedih, Kak :((((