Follow Me

Rabu, 04 Mei 2016

Tembagapura – Timika : Sensasi Naik Bus Anti Peluru

Suasana ruang tunggu check-in Chopper di Tembagapura
Suasana ruang tunggu check-in Chopper di Tembagapura
Perjalananan traveling kali ini bermula saat alarm pagi hari berderit derit di atas meja. Pukul 04:00 pagi hari. Yup, sepagi buta itu,saya sudah harus terbangun. Setelah membereskan beberapa hal seperti mengecek dokumen, tiket, baju dan celana yang barangkali belum masuk ke koper, saya kemudian langsung mandi pagi.
Brrrr, dingin sekali.
Seperti biasa, pantang bagi saya untuk melakukan perjalanan kemanapun jika belum mandi dan menuntaskan tetek bengek jam biologis manusia (you know lah itu apa). Sehabis mandi, tak lupa sholat shubuh juga saya selesaikan. Saya tahu ini akan jadi hari yang berat, menantang sekaligus melelahkan. Pasalnya setelah mengecek kondisi cuaca di luar jendela, kok ya nampaknya kabut begitu tebal. Kalau sudah begini harus siap siap pasang badan melakukan perjalanan yang panjang.
Benar saja, usai membereskan segala sesuatunya, merapikan tempat tidur dan berdoa sebelum berangkat, saya kemudian keluar dari rumah. Cuaca masih agak tenang namun kabut di jam 5 di Tembagapura sedikit lebih pekat. Saya berdoa semoga Allah bisa menyapu kabut kabut ini dan langit kembali cerah dan bersih...Aamiiin.
Kartu penanda terbang dengan Chopper
Kartu penanda terbang dengan Chopper
Cukup lima menit berjalan ke tempat check in chopper atau bus yang akan membawa kami ke Timika. Saya cukup bersyukur karena sehari sebelumnya saya mendapatkan notifikasi bahwa keberangkatan saya ke Timika akan menggunakan Helikopter atau Chopper dengan nomer M4 dan hari ini naik satu strip menjadi M3. 
Maksud dari M3 ini adalah nomer urutan penerbangan saya. Tidak ada kepastian tertentu bagaimana  pemberian nomer M1, M2, M3 dan seterusnya. Meskipun saya sudah memesan tiket chopper ini tiga minggu sebelumnya namun tetap saja tidak menjadi prioritas. Ini berarti hukum mengantri disini masih kurang berlaku. Hehehehe.
Suasana ruang tunggu Chopper di Community Hall Tembagapura
Suasana ruang tunggu Chopper di Community Hall Tembagapura
Usai melapor saya sempatkan untuk makan pagi sebentar dan kembali ke rumah karena melupakan sesuatu. Benar saja ketika saya kembali ke tempat berkumpul untuk ke Timika. Hanya M1 saja yang mendapatkan kesempatan untuk berangkat. Selebihnya, semua penumpang akan diangkut dengan menggunakan Bus.
Okey, saya menghela nafas panjang. Nasib Gue...!!!
Tak ada pengecualian. Kata orang orang di Tembagapura "Naik Chopper sebuah keajaiban sedangkan naik bus adalah sebuah kepastian". Dan hari ini saya merasakan bahwa kepastian itu adalah dengan naik bus. Tak ada pengecualian. Bahkan beberapa artis yang pernah manggung di Tembagapura juga sempat merasakan pahitnya harus duduk di dalam kendaraan besar ini selama nyaris 2.5 jam. Sebut saja penulis buku Pipiet Senja, Project Pop, The Massive, Slank, Dewi Sandra dsb pasti pernah merasakan naik kendaraan berwarna orange cerah ini.
Chopper atau Helikopter di Tembagapura saat ini memang sudah tak seperti dulu. Ibarat lagu itu seperti “Kau Bukan Yang Dulu” oleh Dewi Yull. Dulu Chopper ini bisa terbang sampai sekitar jam 10-an apapun kondisi cuacanya. Namun semenjak kecelakaan Chopper yang menabrak gunung dekat area Zalgkam tahun 2012 dan kecelakaan Chopper yang jatuh dekat helipad sekitar tahun 2012-2013, aturan semakin dibuat ketat. Kabut dikit, gak terbang; Kabut banyak, gak terbang.
Bus Anti Peluru jurusan Tembagapura -Timika
Bus Anti Peluru jurusan Tembagapura -Timika
Alhasil pagi ini disibukkan dengan mencari tempat duduk yang enak dan nyaman. Kursi menentukan prestasi. Bus yang kami naiki bukan bus yang biasa. Bus ini dari luar tampak biasa saja. Namun ketika sudah masuk kedalam barulah kita merasakan seperti ada di dalam container. Di sisi kiri, kanan, muka dan belakang bus ini ditutupi dengan armour anti peluru. Alhasil, para penumpang bus ini tak bisa memandang keluar sama sekali. Tinggi tembok peluru ini cukup tinggi. Hanya menyisakan sedikit ruang untuk jendela kecil di bagian atas.
Inilah mengapa setelah melakoni perjalanan dari Tembagapura ke Timika, rasa capek akan benar benar sangat terasa. Ini mungkin disebabkan kurangnya pasokan oksigen yang masuk kedalam bus, ditambah lagi kita berada di ketinggian hampir kurang lebih di atas 3000 kaki di permukaan laut. Belum lagi sandaran kursi di bus yang tingginya melebihi kepala. Ini membuat kita tidak bisa tidur dengan nyenyak. Plus sudut kemiringan kursi hanya sekitar 5 derajat saja dan tidak bisa di legakan. Jadilah perjalanan ini sangat melelahkan.
Tak salah jika kadang kita menderita “Temporary Deaf” atau suatu keadaan dimana kita tuli sementara sehabis melakoni perjalanan dari Tembagapura ke Timika. Cara efektif untuk menghilangkan ini adalah dengan menjepit dua lobang hidung dan kemudian meniup menggunakan mulut. Insya Allah setelah ini bisa kembali pulih.
Bus Anti Peluru Tembagapura -Timika saat berhenti di Perjalanan
Bus Anti Peluru Tembagapura -Timika saat berhenti di Perjalanan

Perjalanan ke Timika sendiri memakan waktu hampir sekitar 2.5 sampai dengan 3 jam. Jarak sebenarnya tidak terlalu jauh. Tembagapura berada di Mile 68 sedangkan Timika berada di kisaran Mile 28. Ini berarti ada sekitar 40 Mile jarak antara dua tempat ini. Jika menggunakan chopper bisa ditempuh dalam kurun waktu 15-20 menit. Namun dengan bus butuh 2.5 jam. Lamanya perjalanan ini harus diterima dengan lapang dada karena memang bus hanya akan berlari dengan kecepatan yang dibolehkan.
Bus memang tidak bisa melaju kencang. Hal ini karena jalanan yang tidak memungkinkan untuk dilalui. Jangan bayangkan jalanan Tembagapura-Timika seperti jalanan di Kuningan atau di Jakarta yang mulus tanpa cela dan lubang (gak juga sih ya). Jalanan yang mesti dilalui bus ini merupakan jalan yang rawan karena tidak di aspal, di kanan kiri jurang dan masih banyak kendala lainnya.
Selama perjalanan, Bus ini akan berhenti sebanyak dua kali yakni di area Rainbow Ridge dan juga di tengah perjalananan (Entah di Mile berapa). Di Rainbow Ridge, bus berhenti untuk menunggu konvoy kendaraan yang juga akan berangkat ke Timika. Sedangkan di tengah perjalanan bus akan berhenti untuk memberikan kesempatan kepada penumpang (terutama cowok) untuk buang air kecil. Inilah alasan mengapa ketika melakukan perjalanan ini saya mesti harus membuang semua hajat hajat sebelum berangkat. Ingat, bus tidak akan menunggu anda, saat klakson berbunyi, ini tanda bahwa ia akan segera berangkat.
Para penumpang sedang menngambil koper di conveyor belt Bandara Mozes Kilangin Timika
Para penumpang sedang menngambil koper di conveyor belt Bandara Mozes Kilangin Timika
Perjalanan tanpa pemandangan itu terus berjalan. Baru sekitar pukul 09:30 akhirnya kami memasuki kawasan Bandara Udara Moses Kilangin di Timika.
Ah, badan terasa sangat capek seperti hendak patah. Namun capek ini harus segera pulih karena perjalanan traveliling dan keliling berikutnya sudah menunggu. Perjuangan belum berakhir brur...
Oh ya, setiba di bandara, cobalah untuk mencoba pisang goreng di area kantin keberangkatan. Insya Allah nikmat banget tuh….

Lets Travelling, Lets Keliling.

previous article
Posting Lebih Baru
next article
Posting Lama



  1. Kok kayaknya capek banget naik bis anti peluru gitu? Padahal pemandangan dari Tembagapura ke Timika itu yang dulu paling kusukaaa. Sambil ngehirup udara dinginnya. Berarti sekarang gak ada ya yang ke Timika pake mobil biasa? Terus, chopper itu choppernya turun di deket shopping center apa kita diangkut ke helipad? Lol.

    Hhhh. Kok, aku jadi sedih, Kak :((((

    BalasHapus

Nama

Email *

Pesan *